Sabtu, 10 September 2011

Sejarah Pupuk Kimia.

JAN29

Sejarah pupuk kimia di Indonesia dan akibatnya bagi ekosistem.

        Pupuk kimia mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an, untuk meningkatkan hasil pertanian yang sebelumnya hanya melakukan pemupukan secara tradisional. Pada awalnya tidak banyak petani yang langsung percaya. Akan tetapi setelah diedukasi melalui penyuluhan-penyuluhan, bimbingan masyarakat, dan terbukti peningkatan yang signifikan, maka berbondong-bondong petani mulai mengaplikasikan pupuk kimia, hingga akhirnya diterapkan hampir di seluruh pelosok nusantara.

         Beberapa tahun pertama memang peningkatan panen sangat terasa manfaatnya. Program modernisasi pertanian mampu menjawab satu tantangan ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang kian hari terus meningkat. Namun setelah belasan tahun penerapan pupuk kimia, penggunaan pupuk kimia mulai terlihat dampak dan efek sampingnya. Bahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian seperti pupuk dan pestisida telah merusak struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida diyakini telah merusak ekosistem dan habitat beberapa binatang yang justru menguntungkan petani sebagai predator hama tertentu. Di samping itu pestisida telah menyebabkan imunitas pada beberapa hama. Lebih lanjut resiko kerusakan ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya penurunan produksi membuat ongkos produksi pertanian cenderung meningkat. Akhirnya terjadi inefisiensi produksi dan melemahkan kegairahan bertani.

Pupuk kimia yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian mulai menunjukkan penurunan hasil. Untuk mengembalikan produktivitas, petani mulai menambah dosis pupuk kimianya sehingga lama kelamaan biaya operasional jadi meningkat, dan keuntungan petani semakin merosot. Dari tahun ke tahun hasil produksi menyusut bahkan kini di beberapa daerah hasil pertanian sudah lebih rendah daripada sebelum menggunakan pupuk kimia saat beberapa puluh tahun lalu.
Dunia barat sebagai penggagas pertanian modern sudah lama menyadari dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan kimia sintetis dalam dunia pertanian. Kini mereka sudah beralih kepada sistem pertanian tanpa bahan kimia sintetis / yang dikenal dengan pertanian organik. Sistem ini diyakini tidak menurunkan kemampuan dan kualitas produksi. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu terjadi peningkatan secara signifikan jumlah produksi dan kualitas produk. Didukung oleh tren gaya hidup 'back to nature' yang semakin populer, membuat produk pertanian organik sangat diminati masyarakat setempat. Konon, kenapa ekspor pertanian kita ditolak, salah satunya adalah karena residu zat kimia yang tinggi dalam produk pertanian kita.Kenapa Pupuk Hayati !

Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik. Sebagaimana manusia dan mahluk hidup lainnya, tanaman membutuhkan zat makanan yang cukup berimbang atau biasanya disebut unsur hara. Jika unsur hara tidak seimbang, maka pertumbuhannya menjadi tidak normal dan produktifitasnya tidak optimal
Pupuk sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk kimia seperti Urea (pupuk kimia yang mengandung Nitrogen berkadar tinggi), ZA (pupuk buatan dengan komposisi utama ammonium sulfat), TSP (Tripel Superfosat) dan KCL (pupuk kalium klorida) di Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian. Namun tanpa disadari penggunaan pupuk kimia secara terus menerus terbukti sangat merugikan. Pemakaian pupuk kimia dalam jangka waktu lama dapat merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga kemampuan tanah untuk mendukung ketersediaan air, hara dan kehidupan mikroorganisme menurun.
Kini seringkali kita mendengar keluhan dari petani karena hasil panennya terus menurun dari tahun ke tahun. Selain itu, tanaman sering diserang hama dan frekuensi panen terus menurun (hanya satu kali panen dalam satu tahun). Keadaan ini terjadi karena tingkat kesuburan tanah dan bahan organik tanah mengalami penurunan. Akibatnya kemampuan tanah untuk mendukung ketersediaan air, hara dan kehidupan mikroorganisme yang dibutuhkan tanaman mengalami penurunan.
Keadaan di atas sebenarnya tidak akan terjadi jika tanah mendapat perlakuan yang baik, misalnya, penggunaan pupuk yang aman bagi tanaman dan tanah, salah satu jenisnya adalah pupuk organik. Pemanfaatan pupuk organik mulai dilakukan oleh petani di Indonesia. Seiring dengan pola manusia cenderung back to nature, pemanfaatan pupuk organik semakin meningkat. Oleh karena itu pemakaian pupuk organik termasuk pupuk organik cair semakin digemari oleh masyarakat petani.

Untuk menjawab kebutuhan masyarakat untuk hidup sehat, Tianshi memasarkan pupuk hayati dengan merk Tiens Golden Harvest yang dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Tiens Golden Harvest adalah suatu teknologi penyubur tanah dan tanaman, dengan menggunakan pupuk hayati yang dibuat dengan teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI), suatu inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh indole acetic acid serta mikroba indigenous (mikroba tanah setempat) asli indonesia, yang sangat dibutuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara lagin Azospirillum sp., Azotobacter sp., mikroba pelarut P, Lactobacillus sp., dan mikroba pendegrasi selulosa. Mikroba dan enzim tersebut dapat bekerja secara maksimal dan dapat mengubah unsur hara yang tadinya sulit untuk diserap oleh tanaman sehingga penggunaan pupuk menjadi sangat efisien.
 

2 komentar:

sablon cup mengatakan...

terima kasih infonya.

www.kiostiket.com

Muhammad Istiawan mengatakan...

Informasi tentang teknologi pertanian, bagus banget ....terima kasih.

Posting Komentar